Krisis Media Video Game: Lebih dari 1.200 Jurnalis Game Hengkang dalam Dua Tahun Terakhir
Foto Pixabay / Ghinzo
Other

Krisis Media Video Game: Lebih dari 1.200 Jurnalis Game Hengkang dalam Dua Tahun Terakhir

Aldonov Danoza - Kamis, 23 Oktober 2025
Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

Dalam dua tahun terakhir, industri media video game dunia menghadapi krisis serius: lebih dari 1.200 jurnalis yang secara rutin meliput game telah meninggalkan pekerjaan mereka dan tidak kembali ke industri media. Melansir dari laman Video Games Chronicle, data mengejutkan ini berasal dari Press Engine, sebuah platform PR yang mengelola distribusi kode game dan siaran pers.

Penurunan 25% Jurnalis Aktif

Menurut Press Engine, dalam 12 bulan terakhir saja, lebih dari 600 jurnalis aktif dan tergolong “tier 1” (yang menulis untuk publikasi besar dengan audiens jutaan) menghilang dari database-nya—dan angka yang sama berlaku untuk 12 bulan sebelumnya.

Akibatnya, jumlah jurnalis game secara global berkurang sekitar 25% hanya dalam dua tahun. Jika pekerja lepas dan amatir dihitung, total jurnalis yang telah “hilang” sejak Oktober 2023 diperkirakan lebih dari 4.000 orang.

Pemicu Krisis yang Kompleks

Beberapa faktor besar telah digambarkan sebagai pemicu utama krisis ini:

  1. Penurunan Ekonomi Media: Pasar media game mengalami penurunan tajam dalam iklan setelah lonjakan pada masa pandemi.

  2. Perubahan Algoritma: Algoritma mesin pencari seperti Google, dengan update “Helpful Content” dan ringkasan otomatis, menyebabkan banyak situs kehilangan trafik organik krusial.

  3. Ancaman AI & Perilaku Pembaca: Munculnya teknologi AI serta perubahan perilaku pembaca yang lebih gemar konten cepat, video, atau media sosial, mengurangi nilai konten jurnalis tradisional.

  4. Menyempitnya Ruang Liputan: Publikasi yang menargetkan berita besar AAA (click-bait) makin banyak, sehingga ruang untuk liputan indie atau niche semakin menyempit.

Dampak dan Masa Depan Jurnalisme Game

Krisis ini berimplikasi langsung pada pembaca:

  • Liputan mendalam atau kritis terkait game yang bukan blockbuster semakin sedikit.

  • Jurnalis yang tersisa bekerja dengan tekanan tinggi (KPI meningkat, beban kerja besar).

  • Pengembang indie makin sulit mendapatkan liputan media.

Bagi jurnalisme game untuk bertahan, diperlukan perubahan model bisnis, seperti model berlangganan pembaca, dukungan dari komunitas, atau pendanaan langsung. Krisis ini menjadi pengingat bagi pembaca akan pentingnya mendukung media independen untuk menjaga keragaman suara dan kedalaman liputan di balik industri video game yang semakin besar.

Bagikan
Ditulis Oleh

Aldonov Danoza

Berita Terkait