Studio game asal Finlandia, Rovio Entertainment (pencipta seri Angry Birds), mengambil langkah sulit dengan memberhentikan sebanyak 36 karyawan. Langkah ini dipicu oleh performa salah satu game unggulannya, Angry Birds Dream Blast, yang dinilai tidak memenuhi ekspektasi perusahaan terkait pendapatan dan pertumbuhan.
Restrukturisasi di Bawah Payung Sega
Rovio mengonfirmasi bahwa pemangkasan jumlah karyawan ini termasuk beberapa staf senior yang bekerja langsung pada game tersebut. Sebagai respons terhadap penurunan performa dan untuk beradaptasi lebih cepat terhadap dinamika pasar game mobile, perusahaan melakukan restrukturisasi organisasi.
Perubahan utama yang dilakukan mencakup:
Pengalihan Fokus: Perusahaan akan berfokus pada jumlah game yang lebih sedikit agar kualitas dapat lebih ditingkatkan.
Integrasi Sega: Memperkuat integrasi dengan perusahaan induknya, Sega Europe, yang mengakuisisi Rovio pada tahun 2023 senilai sekitar €706 juta.
Langkah ini menunjukkan tekanan yang dihadapi studio game dalam mempertahankan momentum ketika hits besar mulai menurun. Angry Birds Dream Blast, yang diluncurkan pada 2018, tidak mampu meledak menjadi produk besar dalam jangka panjang seperti pendahulunya.
Tekanan Pasar Mobile dan Pelajaran Industri
Keputusan PHK ini adalah langkah pragmatis dari Rovio untuk memastikan kelangsungan bisnis dan memperkuat fondasi untuk merilis game-game baru yang lebih relevan.
Bagi pengembang dan pengamat industri game, kasus Rovio ini menjadi pengingat bahwa meskipun memiliki IP kuat, keberlanjutan performa dalam pasar mobile sangat bergantung pada eksekusi, adaptasi terhadap tren, dan efisiensi operasional. Restrukturisasi ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang Rovio untuk bertahan dan bangkit kembali di bawah kepemimpinan Sega.