Dalam dunia esports yang terus berevolusi, sebuah tantangan futuristik tengah menarik perhatian komunitas League of Legends global. Lee “Faker” Sang-hyeok, legenda hidup dan midlaner dari tim T1, baru-baru ini menyatakan keyakinannya bahwa timnya mampu mengalahkan kecerdasan buatan (AI) yang dirancang oleh perusahaan Elon Musk dalam sebuah pertandingan percontohan yang direncanakan berlangsung pada 2026.
Tantangan Terbuka Elon Musk dan Grok 5
Inisiatif ini muncul setelah Elon Musk melalui perusahaannya, xAI, mengumumkan rencana untuk mempertemukan model AI terbaru mereka, Grok 5, melawan skuad T1. Musk menyebut T1 sebagai tim manusia terbaik di dunia, terutama setelah keberhasilan mereka mengamankan gelar World Championship terbaru. Pihak T1 menyambut tantangan tersebut dengan tegas dan menyatakan kesiapan mereka untuk menguji batas kemampuan teknologi di arena kompetitif.

Dalam konferensi pers di Seoul pada 18 Desember 2025, Faker mengakui bahwa AI telah menguasai permainan seperti catur, namun ia menilai League of Legends memiliki tingkat kompleksitas yang berbeda. Menurutnya, koordinasi lima pemain, pengambilan keputusan waktu nyata, serta strategi yang sangat dinamis merupakan tantangan yang belum bisa sepenuhnya ditangani oleh sistem AI saat ini. Ia percaya bahwa insting dan kreativitas manusia masih akan mengungguli program komputer dalam pertandingan tahun depan.
Komitmen Jangka Panjang Bersama T1
Selain membahas tantangan teknologi tersebut, momen ini juga merayakan perpanjangan kontrak Faker yang akan membuatnya tetap bersama T1 hingga tahun 2029. Dengan kontrak baru berdurasi empat tahun ini, pemain berusia 29 tahun tersebut memberikan sinyal kuat akan menghabiskan seluruh karier profesionalnya di organisasi yang sama sejak debutnya pada 2013. Meski telah meraih enam gelar World Championship, motivasi sang ikon global ini tetap membara untuk terus menginspirasi generasi pemain berikutnya.
Pertandingan antara T1 dan Grok 5 diprediksi akan menjadi salah satu momen paling menarik dalam sejarah olahraga elektronik. Laga ini tidak hanya sekadar kompetisi, melainkan sebuah pembuktian sejauh mana kecerdasan buatan dapat meniru kerja sama tim dan insting kompetitif manusia di panggung global. Dunia kini bersiap menyaksikan apakah kreativitas manusia masih menjadi penguasa tertinggi di medan tempur Summoner's Rift.
