Pada Desember 2025, salah satu momen paling unik dalam sejarah esports berlangsung ketika permainan klasik Tetris diangkat ke langit Dubai dalam ajang Red Bull Tetris World Final pertama di dunia.
Acara yang memadukan teknologi canggih, kompetisi, dan hiburan ini bukan sekadar turnamen biasa, melainkan gambaran evolusi luar biasa dari gim puzzle legendaris menjadi fenomena global yang berambisi menuju panggung Olimpiade.
Final Red Bull Tetris digelar di sekitar Dubai Frame, sebuah monumen ikonik setinggi 150 meter yang menjadi panggung utama bagi kompetisi prestisius ini. Alih-alih menggunakan layar tradisional, panitia menyinkronkan lebih dari 2.000 unit drone untuk membentuk layar Tetris raksasa di langit malam yang dapat dimainkan secara real-time oleh para finalis.

Tampilan skor langsung yang terpampang di atas kota Dubai menciptakan salah satu momen visual paling spektakuler dalam dunia gim sepanjang tahun ini.
Ajang ini merupakan puncak dari rangkaian kualifikasi global yang melibatkan jutaan permainan dari lebih 60 negara di seluruh penjuru dunia. Pada tanggal 13 Desember, Fehmi Atalar dari Turki berhasil mencatatkan namanya sebagai juara dunia setelah mencetak skor fantastis sebesar 168.566 poin hanya dalam lima menit permainan.
Ia berhasil mengungguli pesaing terdekatnya dari Peru, Leo Solórzano, yang meraih 57.164 poin, sekaligus mengukuhkan dominasi Turki dalam sejarah baru esports Tetris.
Kesuksesan besar di Dubai memicu percakapan serius mengenai masa depan Tetris sebagai cabang olahraga elektronik di ajang Olimpiade. CEO The Tetris Company, Maya Rogers, menyatakan bahwa menjadikan Tetris sebagai esport Olimpiade adalah ambisi utama perusahaan dalam satu hingga tiga tahun ke depan karena sifat permainannya yang ramah keluarga.
Meskipun masih harus mengatasi tantangan struktural agar lebih mudah diikuti oleh penonton awam, inovasi penggunaan sudut kamera dinamis dan kecerdasan buatan diharapkan mampu mematangkan format kompetisi ini di panggung dunia.