Hari kedua di pekan keempat MPL Indonesia Season 16 menyajikan tiga pertandingan yang penuh narasi, mulai dari perjuangan tim yang terpuruk, rivalitas klasik, hingga masalah internal yang terekspos di dalam tim.
TLID vs BTR: Perjuangan Rookie yang Belum Bersinar
Pertandingan pertama antara Team Liquid ID (TLID) melawan Bigetron (BTR) menjadi sorotan utama. TLID, juara MPL ID Season 14, datang ke pekan ini tanpa kemenangan, dan semua mata tertuju pada jungler rookie mereka, Joooo, yang dinilai belum layak bermain di level MPL.
Sejak menit awal, TLID terlihat kesulitan mengimbangi tempo BTR yang tampil dominan. BTR berhasil memanfaatkan blunder Joooo dan kurangnya koordinasi tim TLID untuk menekan lawan. Meskipun Joooo mencoba menahan serangan dan mengulur waktu, setiap usahanya sia-sia tanpa dukungan dari rekan setimnya. Di game kedua, cerita serupa kembali terjadi.
TLID masih berjuang mencari identitas permainan, sementara BTR menutup celah dengan disiplin dan objective control yang rapi. Kekalahan telak 0-2 ini menegaskan bahwa Joooo harus bekerja lebih keras, namun sorotan utama tetap pada masalah tim secara keseluruhan. Hasil ini juga memperlihatkan bahwa mental bermain TLID terlihat turun dan koordinasi belum terbentuk, membuat mereka berisiko terlempar dari papan atas.
RRQ vs EVOS: Derby Klasik yang Tetap Memukau
Derby Klasik ke-35 kembali menegaskan reputasi RRQ dan EVOS sebagai rival abadi. RRQ datang dengan proyek rebuild 2.0, sementara EVOS menurunkan roster baru yang dipimpin oleh sang legenda, Alberttt. Pertandingan pertama berlangsung ketat, dengan Alberttt menunjukkan keahliannya dalam mengontrol objektif dan rotasi yang ciamik, mencoba menahan agresi RRQ.
Namun, RRQ menutup celah dengan draft yang kompak dan eksekusi tim yang solid, dan berhasil memenangkan game pertama. Di game kedua, RRQ menekan sejak awal. EVOS sempat memberikan perlawanan, namun inkonsistensi membuat mereka tak mampu menahan tekanan. Pada menit krusial, RRQ berhasil memanfaatkan kesalahan posisi EVOS untuk mengamankan Lord dan menutup game.
Kemenangan 2-0 ini memberi RRQ dominasi dalam Derby ini, meskipun Alberttt tampil impresif secara individu. Ini membuktikan bahwa konsistensi tim dan kontrol objektif menjadi kunci kemenangan.
Geek Fam vs Alter Ego: Saat Midlane Menjadi Titik Lemah
Pertandingan terakhir antara Geek Fam dan Alter Ego mengekspos masalah serius di lini midlane. Baik Aboy dari Geek Fam dan Hijume dari Alter Ego tampil di bawah performa, menghadapi tekanan tinggi sejak early game. Game pertama berlangsung timpang.
Alter Ego memanfaatkan kesalahan posisi midlaner Geek Fam, mengeksekusi rotasi dengan presisi, dan menutup game lebih cepat dari yang diperkirakan. Game kedua pun serupa; Geek Fam kesulitan menciptakan momen, sementara Alter Ego tampil stabil dalam menguasai objektif dan mengunci kemenangan 2-0.
Kemenangan ini menjadi obat penawar bagi Alter Ego setelah tren negatif yang mereka alami, sekaligus menjadi pelajaran bagi Geek Fam bahwa inkonsistensi dapat berakibat fatal dalam kompetisi. Geek Fam kini harus segera mengevaluasi lini midlane mereka dan strategi tim agar bisa kembali kompetitif.
Hari ini menegaskan, dalam MPL Indonesia, seorang rookie bisa menjadi pahlawan atau kambing hitam, rivalitas klasik tetap menegangkan, dan lini midlane yang rapuh bisa menentukan nasib sebuah tim.