Pro Player GBVSR Terbanned karena Terlalu Jago, Bukti Anti-Cheat yang Perlu Dievaluasi

Other Aldodanoza
Selasa, 19 Agustus 2025 05:39:56

Komunitas Granblue Fantasy Versus Rising (GBVSR) tengah ramai memperbincangkan kasus Ryazo, salah satu pemain terbaik dunia, yang justru terkena ban setelah berhasil mencapai Grand Master rank dengan karakter Anila.

Ironisnya, Anila selama ini dianggap sebagai salah satu karakter terlemah di GBVSR. Meskipun Ryazo menyiarkan seluruh perjalanannya lewat stream dan memiliki rekam jejak kompetitif yang bersih, akunnya langsung diblokir. Ia bahkan pernah menjuarai ARC World Tour Finals 2024 dan beberapa kali finis Top 8 di ajang besar seperti Evo

Sistem Anti-Cheat yang Perlu Dievaluasi

Komunitas menduga sistem anti-cheat GBVSR secara otomatis menandai lonjakan rank yang terlalu cepat sebagai indikasi matchfixing atau kecurangan. Akibatnya, akun Ryazo terkena ban tanpa alasan yang jelas, padahal ia adalah pemain profesional.

Dukungan pun berdatangan, mulai dari turnamen online besar Paragon yang menggelar "memorial tournament" khusus, hingga Leona Renee, pengisi suara Anila, yang ikut menyampaikan simpati. Namun, sampai saat ini belum ada respons resmi dari Cygames maupun Arc System Works.

Kasus Ryazo memperlihatkan kelemahan mendasar dari sistem anti-cheat berbasis algoritma: ketika seorang pemain terlalu jago atau melakukan hal “tidak normal” di mata sistem, mereka justru berisiko terkena hukuman. Hal ini jelas merugikan pemain pro yang mengandalkan kredibilitas untuk karier kompetitifnya.

Dampak Negatif pada Reputasi Game dan Esports

Jika masalah seperti ini dibiarkan, bukan tidak mungkin akan memengaruhi turnamen besar seperti Evo. Bayangkan jika seorang pemain top dunia justru gagal berpartisipasi karena akunnya terkena ban secara tidak adil.

Situasi ini bisa mencoreng reputasi game itu sendiri di kancah esports internasional, karena turnamen Evo sebagai panggung terbesar fighting game membutuhkan kepastian bahwa para pemain bisa bertanding tanpa terhambat sistem yang keliru.

Kasus ini menjadi alarm bagi developer fighting game lain, termasuk Arc System Works, untuk memastikan sistem proteksi mereka mampu membedakan antara cheater dan pemain jenius. Jika tidak, kepercayaan komunitas—baik kasual maupun kompetitif—bisa terguncang. Hal ini juga bisa menghambat pertumbuhan esports fighting game secara keseluruhan.

Bagikan

Baca Artikel Asli