Bigetron Esports memasuki penghujung tahun 2025 dengan status yang sesungguhnya paradoks. Mereka adalah penguasa Indonesia berkat keberhasilan menjuarai IKL Fall 2025, tetapi juga menjadi sorotan karena performa di KNC 2025 yang jauh dari ekspektasi.
Titel kampiun IKL yang seharusnya menjadi dorongan moril justru berubah menjadi beban besar, menuntut pembuktian di panggung dunia.
Beban Pasca KNC dan Sorotan pada ZhanQ
Kemenangan Bigetron di IKL Fall 2025 tidak datang dengan mudah, menjadi bukti bahwa tim merah ini punya kapasitas untuk mengatasi tekanan. Namun, perjalanan menuju KNC 2025 mengubah segalanya.
Harapan publik kandas ketika Bigetron mengalami underperformance yang signifikan. Salah satu faktor menonjol adalah kondisi performa sang pilar terbesar, ZhanQ, yang tidak mampu tampil maksimal di KNC karena perubahan ritme permainan dan tekanan eksternal.
KIC 2025 Sebagai Momentum Krusial
Situasi inilah yang membuat KIC 2025—yang digelar pada November 2025—menjadi momentum krusial bagi Bigetron. Mereka harus membuktikan bahwa kegagalan di KNC bukan akhir dari segalanya.
Dalam wawancara, dua pemain Bigetron, Zaan dan Tufzzz, mengungkapkan bagaimana tim mencoba membalikkan keadaan dengan fokus pada kedewasaan emosional dan manajemen ego.
Kunci Kebangkitan: Kedewasaan dan Ego Tim
Zaan menekankan bahwa perjalanan panjang mereka—mulai dari scrim hingga diskusi internal—membuat para pemain memahami kekurangan dan kelebihan satu sama lain.
Ia berkata, “Proses pendewasaan mungkin yang paling berharga tuh dari experiencenya.” Senada dengan itu, Tufzzz menambahkan bahwa pelajaran paling penting datang dari internal setiap pemain, yaitu “Kayak turunin ego masing-masing, berunding, jadi tahu lah feeling satu sama lain.”
Tahta IKL sebagai Bahan Bakar
Bigetron kini memilih menjawab tekanan dengan kerja keras dan introspeksi. KIC 2025 bukan hanya tentang kembali membela Indonesia di pentas global, melainkan babak pembuktian bahwa Bigetron Esports mampu bangkit dan menata ulang fondasi tim.
Dengan proses pendewasaan yang terus berjalan, inilah momen di mana Bigetron dapat membuktikan bahwa tahta tertinggi Indonesia bukan kutukan, melainkan bahan bakar untuk melesat lebih jauh.
